10 Pahlawan Indonesia yang Memiliki Pendidikan Tinggi, Patut Dicontoh!
Indonesia memiliki banyak pahlawan yang berkontribusi membuat negara ini merdeka. Ada yang berkontribusi dengan tenaga, pikiran, bahkan keduanya.
Meskipun saat masih dijajah, pendidikan di Indonesia masih belum baik, tetapi hal tersebut tidak menghalangi pahlawan-pahlawan di bawah ini untuk tetap mendapatkan pendidikan tinggi. Bahkan hingga ke luar negeri.
Berikut adalah daftar pahlawan yang memiliki pendidikan tinggi, yang membantu mereka dalam memerdekakan negara Indonesia.
1. Achmad Soebardjo
Pendidikan Achmad Soebardjo tidak main-main. Ia adalah alumni Leiden University jurusan Hukum dan mendapatkan memperoleh gelar “Meester in de Rechten” pada 1933.
Saat ini, Leiden University yang berlokasi di Leiden, Belanda, berada di ke-126 di dunia dan ke-5 di Belanda versi QS WUR 2024.
Sebelum kuliah, Soebardjo menamatkan pendidikannya di Hogere Burgerschool (HBS) atau Sekolah Tinggi Kewarganegaraan di Jakarta pada 1917.
Selama kuliah, Soebardjo juga cukup aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai organisasi pemuda yang diikutinya.
2. Ki Hadjar Dewantara
Pemilik nama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Ini karena ajarannya yang terkenal, yaitu “Tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tuladha”. Artinya, “Di belakang memberi dorongan, di tengah menciptakan membangkitkan semangat, di depan memberi contoh”.
Pendidikan Ki Hadjar dimulai dari sekolah dasar Belanda di Europeesche Lagere School (ELS). Setelah tamat pada 1904, ia ditawari menjadi mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
Setelah belajar di STOVIA dari 1905 hingga 1910, beasiswa Ki Hadjar dicabut karena sakit dan tidak naik kelas. Namun, kabarnya pencabutan beasiswa tersebut dikarenakan muatan politis dari pemerintah Hindia-Belanda.
3. Mohammad Hatta
Wakil Presiden Indonesia pertama, yang namanya tertulis dalam teks Proklamasi Kemerdekaan ini, merupakan lulusan Erasmus University Rotterdam. Saat itu, ia menempuh pendidikan doktor di bidang Economic.
Erasmus University Rotterdam saat ini berada di peringkat ke-176 dunia dan ke-8 Belanda versi QS WUR 2024.
Selama menjadi mahasiswa, pahlawan yang akrab dipanggil Bung Hatta ini, bergabung dengan Indische Vereeniging, organisasi Perhimpunan Indonesia. Di sana, ia semakin keras menyuarakan kemerdekaan Indonesia melalui konferensi dan kongres internasional.
4. Radjiman Wedyodiningrat
Radjiman memulai pendidikannya di ELS pada 1893. Ia kemudian melanjutkan studinya di STOVIA dan lulus pada 1899.
Setelah mendapat tugas kedokteran dari pemerintah Hindia Belanda ke beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Radjiman kemudian memilih untuk mengabdikan diri sebagai dokter Keraton Solo atau Kasunanan Surakarta, yang saat itu dipimpin Pakubuwono X.
Ia kemudian dibiayai keraton untuk belajar ke Amsterdam, Belanda, dan mendapat gelar Europees Art pada 1910. Kemudian, studinya dilanjutkan di bidang Ilmu Kebidanan di Berlin, Jerman.
Radjiman lalu kembali ke Amsterdam untuk memperdalam Ilmu Rontgenologie pada 1919. Setelah itu, ia pindah lagi ke Paris, Prancis, untuk memperdalam ilmu Gudascope Urinoir pada 1931.
5. Soedjatmoko
Pahlawan Indonesia yang satu ini pernah belajar di Public Administration dan Littauer Harvard, yang sekarang menjadi John F. Kennedy School of Government.
Namun, ia tidak menyelesaikan pendidikannya dan terpaksa mengundurkan diri. Alasannya karena Soedjatmoko ditunjuk sebagai charge d’affaires pertama Indonesia selama tiga bulan.
Ia menjadi delegasi Indonesia untuk PBB di Lake Success, New York, yang kemudian mendirikan desk politik di Kedutaan Besar Indonesia di Washington, D.C.
6. Soemitro Djojohadikusumo
Tokoh ekonomi dan politik Indonesia ini pernah menempuh pendidikan tinggi di University Rotterdam, Belanda, pada 1935. Saat itu ia melanjutkan studi di Nederlandsche Economische Hogeschool atau Sekolah Tinggi Ekonomi.
Selain itu, Soemitro juga sempat menjalani kursus filosofi dan sejarah di University of Paris selama setahun. Saat menempuh studinya, ia tetap aktif mempromosikan seni budaya Indonesia.
7. Sutan Sjahrir
Perdana Menteri Indonesia ini pernah menempuh studi di University of Amsterdam di Belanda lewat jalur beasiswa pada 1929. Namun, setelah itu ia memutuskan pindah ke Leiden University untuk belajar ilmu hukum.
Seperti Bung Hatta, Sutan Sjahrir juga aktif dengan Perhimpunan Indonesia dan turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di kancah internasional.
8. Tan Malaka
Sejak kecil, pahlawan Indonesia asal Sumatera Barat ini menjadi kesayangan guru-guru karena kecerdasanya. Ia bahkan diangkat menjadi anak oleh guru Belanda yang menjabat sebagai direktur II, GH Horensma, bersama istrinya.
Tak ingin kecerdasan Tan Malaka sia-sia, Horensma ingin anak angkatnya itu melanjutkan sekolah di Rijkseewkschool atau sekolah pendidikan guru negeri di Belanda. Namun. saat itu mereka terkendala oleh biaya.
Tan Malaka kemudian bertemu W Dominicus, teman baik Horensma. Mereka pun mengumpulkan dana pinjaman 50 ribu tiap bulan, yang dijanjikan akan dikembalikan setelah ia selesai studi di Belanda.
Dengan biaya pinjaman tersebut, Tan Malaka berhasil pergi ke Belanda dan diterima sebagai mahasiswa
9.Tjipto Mangoenkoesoemo
Salah satu tokoh dari Tiga Serangkai bersama Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ini, bersekolah di STOVIA atau Sekolah Kedokteran di Batavia.
Selama menempuh pendidikan di sana, ia mendapatkan diberi julukan sebagai Een begaafd leerling atau murid yang berbakat oleh gurunya.
Selain menjadi dokter, ia juga melakukan perjuangan melalui tulisan-tulisannya yang mengkritik pemerintah Belanda di Indonesia.
Selain itu, Tjipto juga menjadi tenaga kesehatan garda terdepan dalam perang melawan wabah pes tahun 1911 di daerah Malang dan sekitarnya.
10. Wahidin Soedirohusodo
Wahidin adalah lulusan STOVIA Jakarta, yang terkenal sebagai dokter yang senang bergaul dengan rakyat biasa dan sering mengobati tanpa memungut biaya.
Ini karena ia tahu persis penderitaan rakyat, serta terbelakang dan tertindasnya mereka akibat penjajahan Belanda. Ia berkeyakinan bahwa salah satu cara terbebas dari penjajahan adalah rakyat harus cerdas.
Wahidin bahkan sudah gigih berkeliling Jawa untuk menyebarkan gagasan memajukan pendidikan sebelum kelahiran Budi Utomo. Gagasan tersebut menjadi salah satu pencetus gerakan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Itulah 10 pahlawan Indonesia yang memiliki pendidikan tinggi. Secara langsung atau tidak, pendidikan yang ditempuh tersebut mampu membuat mereka berhasil membawa Indonesia menjadi negara merdeka seperti sekarang.
Perjuangan dan pendidikan tinggi para pahlawan ini bisa menjadi contoh untuk anak-anak muda zaman sekarang agar tak patah semangat berjuang untuk meneruskan perjuangan!
Sumber:
~Febria