Anak Sudah Mulai Tertarik Dengan Lawan Jenis. Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Anak Sudah Mulai Tertarik Dengan Lawan Jenis. Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Saat anak mulai sekolah dan berinteraksi dengan lawan jenis, wajar jika dia mulai naksir dengan temannya. Beberapa orang tua mungkin merasa ini terlalu dini untuk anak, tetapi para ahli justru mengatakan bahwa itu hal yang sangat normal.

Bahkan, ahli berpendapat bahwa anak-anak biasanya mengalami naksir untuk pertama kali dalam hidupnya ketika berusia 5 atau 6 tahun.

"Anak-anak yang lebih muda memfokuskan cinta mereka pada keluarga. Namun, ketika mereka memasuki taman kanak-kanak atau kelas 1 SD, mereka juga merasakan kasih sayang kepada teman sekelas karena menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah dan dalam kegiatan di luar keluarga," jelas Cynthia Langtiw, Psy.D., asisten profesor di The Chicago School of Professional Psychology. 

Banyak psikolog menganggap bahwa naksir lawan jenis ini menjadi tonggak sejarah dalam tahun-tahun perkembangan awal anak-anak karena perasaan ini mengajari mereka tentang ketertarikan, privasi, dan banyak hal lainnya.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua saat Anak Mulai Tertarik dengan Lawan Jenis?

Jadi, jika orang tua menyadari—atau bahkan diberitahu langsung—bahwa anak mulai naksir dengan lawan jenisnya, sekarang carilah cara terbaik untuk untuk memutuskan bagaimana menanganinya.

"Ketika anak mengumpulkan keberanian untuk mengatakan naksir temannya, daripada bertindak defensif sebagai orang tua atau menganggap perasaannya tidak valid, lebih bersikaplah tertarik dan mendukung," kata Cook-McKay.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua.

1. Tanggapi Perasaannya dengan Serius

Dr. Sharon Saline, seorang psikolog klinis, mengatakan, “Sebagai orang dewasa, kamu tahu bahwa naksir tidak akan menjadi hubungan yang serius, tetapi [anak-anak] tidak merasa seperti itu atau memiliki pengalaman hidup itu."

Jadi, biarkan anak mencurahkan isi hatinya, tidak peduli perasaannya dibalas oleh atau tidak. Orang tua juga dapat menunjukkan dukungan dengan meyakinkan anak bahwa naksir benar-benar normal dan sehat. Jadi, dia tidak akan malu merasakannya.

2. Dengarkan Anak Baik-Baik

Saat anak mau bercerita mengenai perasaannya, dengarkan baik-baik. Ini saran nomor satu Katie Austin, seorang pekerja sosial klinis, untuk orang tua ketika berbicara dengan anak-anak tentang cinta dan kehilangan.

Daripada “mengajari” anak mengenai apa yang diyakini orang tua sebagai “yang terbaik” untuk anak, lebih baik dengarkan untuk mempelajari lebih lanjut tentang apa yang ingin dibagikan dan didengar darimu sebagai orang tua.

3. Bercerita tentang Pengalaman Naksir di Masa Kanak-Kanak

Beberapa orang tua menghindari berbicara tentang pengalaman mereka naksir temannya saat kecil. Padahal, ini bisa menjadi taktik terbaik untuk membuat anak lebih terbuka dan lebih ingin bercerita pada orang tuanya.

Setelah bercerita, ajukan pertanyaan umum kepada anak jika dia terlihat memiliki teman lawan jenis yang lebih dekat dibandingkan teman lainnya. Misalnya, “Ayah/Ibu perhatikan kamu lebih sering bermain dengan A akhir-akhir ini. Kamu suka bermain sama dia?”

Jangan tertawa atau meremehkan apa yang dikatakan anak atau bahkan mengabaikan perasaannya. Dengan begitu, mereka akan merasa nyaman membuka diri kepada orang tuanya.

4. Beri Anak Waktu untuk Memproses Perasaannya

Selain bicaralah dengan anak-anak dan mendengarkannya dengan tulus, beri juga dia mereka ruang dan waktu untuk memproses perasaan yang dirasakannya.

Paul Chernyak, seorang konselor profesional berlisensi dan pelatih pengasuhan anak, mengatakan bahwa orang tua mungkin ingin berbicara tentang pengalaman naksir anak dan memberi tips untuk menanganinya. Namun, jauh lebih jika orang tua mundur sedikit dan membiarkan anak mengalaminya.

" Cobalah untuk tidak bertanya terus-menerus tentang orang yang disukainya. Idealnya, ketika anak-anak menjelaskan bahwa mereka bersedia dan siap untuk membicarakannya, baru bicarakan,” katanya.

5. Diskusikan dan Tetapkan Batasan “Hubungan”

Jika teman yang ditaksir anak sepertinya juga menyukainya, diskusikan dan tetapkan batasan yang tepat untuk “hubungan” mereka. Bicaralah dengan anak-anak tentang apa yang pantas dilakukan oleh anak-anak seusianya.

Paul mengatakan bahwa harus ada pedoman dan batasan yang ditetapkan mengenai interaksi yang dilakukan anak dengan orang yang ditaksirnya.

Bicarakan tentang topik-topik penting seperti mereka tidak bisa hanya berdua saat bermain atau berinteraksi dan sikap kasih sayang apa yang boleh dilakukan dengannya.

Pastikan juga anak-anak tidak mengorbankan orang-orang dan kegiatan penting dalam hidupnya, seperti keluarga, teman, hobi, tugas sekolah, dan sebagainya. Orang tua juga harus mendiskusikan konsekuensi jika anak-anak tidak mematuhi persyaratan yang disepakati.

Terimalah Fakta bahwa Anak-Anak Sudah Tumbuh Dewasa!

Akhirnya, terima apa yang sebenarnya terjadi ketika anak-anak mulai naksir lawan jenisnya, yaitu mereka sudah mulai tumbuh dewasa! Pengalaman naksir pertama mungkin tidak bertahan lama, tetapi tidak berarti itu tidak akan menjalani pengalaman yang tidak berharga untuknya.

Lynn Zakeri, pekerja sosial klinis dan terapis, mengatakan, "Pengalaman naksir seseorang bisa menjadi kesempatan untuk berlatih mengenai hubungan di masa depan dan untuk belajar refleksi ke belakang mengenai apa yang berhasil dan tidak, serta bagaimana meningkatkan kemampuan tersebut di waktu berikutnya."

Jadi, jangan langsung panik saat anak bilang dia mulai naksir teman lawan jenisnya. Anggap ini sebagai pengalaman dan kesempatan bagi anak untuk belajar mengenai apa yang dirasakannya pada orang lain.

~Febria