Anak yang Selalu Ingin Sendirian, Apalagi Setelah Remaja, Apakah Berbahaya?

Anak yang Selalu Ingin Sendirian, Apalagi Setelah Remaja, Apakah Berbahaya?

Anak yang Selalu Ingin Sendirian, Apalagi Setelah Remaja, Apakah Berbahaya?

Ada anak yang senang bermain dengan teman-teman seusianya, tetapi ada juga yang justru lebih suka bermain sendiri. Begitu juga di rumah. Ada anak yang suka berkumpul dengan keluarganya, tetapi tidak sedikit yang lebih menikmati sendirian di kamarnya.

Sikap anak ini tentu saja membuat orang tua bertanya-tanya apakah anaknya hanya suka sendirian atau apakah diam-diam dia kesepian? Lalu, apakah anak yang senang dan selalu ingin sendirian berbahaya?

Sendirian Bisa Bermanfaat untuk Perkembangan Anak

Sebenarnya, anak yang membutuhkan waktu sendirian benar-benar normal. Faktanya, itu adalah hal yang hebat. Bermain sendiri adalah bagian penting dari perkembangannya karena bisa mengajar kemandirian, pemecahan masalah, dan kreativitas.

Anak yang lebih sering sendiri jadi lebih belajar untuk menghibur dirinya sendiri dan menyadari bahwa orang lain (termasuk orang tua dan teman) tidak selalu bisa melakukannya untuknya.

Dr. Kimberly Lemke, seorang psikolog klinis anak dan remaja, menegaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari anak yang lebih senang main sendiri atau sendirian di rumahnya.

"Waktu sendirian untuk anak-anak sangat sehat. Mereka perlu mengembangkan kemandirian sendiri, dapat menenangkan diri, dan belajar menikmati keberadaannya sendiri. Waktu sendirian juga dapat membantunya mengumpulkan tenaga kembali jika merasa kewalahan dari stimulasi sensorik,” jelasnya.

Psikolog ini bahkan menyebut bahwa anak-anak yang bisa menemukan kedamaian dan kepuasan dalam kesendirian adalah hal yang penting bagi anak-anak untuk belajar.

Alasan Remaja Lebih Suka Menghabiskan Waktu Sendirian

Sebagai orang tua, wajar merasa khawatir ketika anak remajanya menghindari dan menolak untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. 

Berikut adalah beberapa alasan anak remaja melakukannya.

1. Refleksi Diri dan Ingin Menemukan Identitas

Memberi anak remaja momen dalam kesendirian memungkinkannya untuk merefleksikan diri dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri. Kesendirian juga dapat membantu proses pemgembangan identitasnya.

Membentuk identitas ini sangat penting selama masa remaja sehingga memberinya ruang untuk menjelajahinya sendiri akan membimbing remaja menuju kematangan emosional saat tumbuh dewasa.

2. Sedang Melewati tantangan

Alasan lain mengapa anak remaja mungkin ingin sendirian adalah bahwa dia sedang melalui masa sulit di sekolah dengan teman-temannya. Ini bisa membuatnya frustrasi dan merasa seolah-olah tidak ada yang mau membantu. Jadi, anak menghindari kontak dengan orang lain dan tetap pada dirinya sendiri.

Sebagai orang tua, penting untuk terus mencoba dan menjalin komunikasi yang terbuka dengan anak di rumah. Setelah anak remaja terbuka dan berani mengekspresikan dirinya, beri kepastian bahwa kesulitan-kesulitan yang dirasakannya dapat diatasi dan bagian dari tumbuh dewasa.

3. Belajar Menjadi Mandiri

Kesendirian tidak hanya membantu remaja menemukan dan membentuk identitasnya, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan dirinya menjadi mandiri. Anak jadi punya kesempatan untuk mencari tahu bagaimana menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah sendiri dengan pengawasan minimal dari orang lain.

Kemandirian adalah keterampilan penting yang harus dimiliki anak ketika menjadi dewasa muda. Dengan mempraktikkannya pada usia dini, ini akan membawa kedewasaan dan pertumbuhan yang sehat baginya.

4. Belajar Mengelola Emosi

Bagian dari memahami diri sendiri adalah belajar bagaimana mengelola emosi dan melatih pengendalian diri melalui introspeksi. Memberi anak remaja waktu sendirian untuk sepenuhnya mengenali perasaannya, memungkinkan mereka untuk mengaturnya sehingga mengarah ke interaksi yang lebih sehat dengan teman dan keluarga.

Tetap Cek untuk Memastikan Anak Tidak Merasa Kesepian

Jika anak terlalu sering sendirian, orang tua mungkin bertanya-tanya: Apakah dia merasa bahagia sendirian? Atau sebenarnya dia sedih karena sendirian dan merasa kesepian?

Cara untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut adalah dengan menjalin komunikasi dengan anak. Periksa apakah dia selama ini masih memiliki hubungan sosial dengan orang lain, meskipun lebih senang sendirian.

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang dapat diajukan kepada anak yang senang sendirian.

  • "Di sekolah kamu main sama siapa?"

  • "Saat istirahat sekolah, apa yang kamu lakukan? Kamu main sama teman-teman nggak?"

  • "Ada tugas sekolah yang harus dikerjakan bersama teman-teman? Kamu senang nggak melakukannya?"

  • "Apa ada sesuatu yang lucu atau menarik hari ini di sekolah? Apa saja yang kamu lakukan?"

  • "Kenapa kamu tadi datang lebih pagi ke sekolah, apa ada yang ingin dilakukan?”

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat memberi orang tua gambaran apakah anak kesepian atau tidak. Selain itu, jawaban anak juga bisa menggambarkan apakah dia belajar keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bersama orang lain atau tidak.

Jika anak mulai terlihat menarik diri, tidak bahagia atau agresif, bicarakan dengan gurunya untuk mendiskusikan perilakunya di sekolah. Apalagi jika dia menarik diri dari interaksi teman sebayanya, mungkin ada pengalaman negatif yang terjadi sebelumnya. Kalau sudah begini, bantuan dari dokter atau konselor mungkin diperlukan.

Namun, ingatlah bahwa anak-anak dilahirkan dengan kepribadian yang berbeda. Ada anak yang cenderung lebih nyaman dengan teman-teman, tetapi beberapa lebih nyaman sendiri. Jika anak tetap terlihat bahagia, maka tak ada yang perlu dikhawatirkan.

~Febria