Apa Saja Senyawa Yang Terkandung Pada Air Hujan?

Apa Saja Senyawa Yang Terkandung Pada Air Hujan?

Menurut Wikipedia, Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu dan campuran hujan dengan salju (slit). Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara. Berikut ini proses terjadinya hujan.

IMG_256

Air hujan tidak sesederhana air yang turun dari langit. Proses terjadinya hujan tidak terlepas dari proses siklus air. Tahapan terjadinya hujan secara umum terbagi menjadi tiga tahap: evaporasi, kondensasi, dan presipitasi.


1. Evaporasi

Evaporasi adalah proses penguapan air. Panasnya suhu bumi dari matahari akan membuat air yang ada di sungai, danau, dan laut akan menguap menjadi butiran atau uap air. Uap air ini akan naik ke atmosfer dan menggumpal menjadi awan. Semakin panas suhu udara, maka semakin banyak air yang akan menguap ke udara. Sehingga menyebabkan kemungkinan terjadinya hujan semakin besar.


2. Kondesasi

Tahapan kedua adalah kondensasi. Uap air dari proses penguapan atau evaporasi akan naik ke atmosfer dan mengalami kondensasi atau pengembunan. Pada proses ini, uap air akan berubah menjadi partikel yang sangat kecil. Perubahan uap air menjadi es ini dipengaruhi perbedaan suhu pada perbedaan ketinggian awan di udara. Semakin tinggi awan yang terbentuk, makin suhu akan semakin dingin. Begitu pula dengan uap air akan dingin dan berubah menjadi es.


3. Presipitasi

Presipitasi adalah proses mencairnya butiran es di awan, lalu turun menjadi titik-titik hujan ke bumi. Awan yang sudah terbentuk pada proses sebelumnya mungkin tertiup angin dan terbawa sehingga menjadi turun hujan di tempat yang lain dari proses sebelumnya. Awan yang sudah terlalu padat dengan uap air dan tidak sanggup lagi menahan beban air akan jatuh ke daratan menjadi titik-titik hujan. Titik-titik hujan bervariasi ukurannya dari 0,5 milimeter atau lebih besar. Sedangkan gerimis berukuran kurang dari 0,5 milimeter. Ukuran ini biasanya bervariasi berdasarkan lokasi awan yang menurunkan hujan. Gerimis diturunkan oleh awan dangkal, sedangkan hujan deras diturunkan oleh awan dengan tinggi menengah atau sangat tinggi. Karena posisi hujan yang sangat tinggi, udara di tempat awan berada sangat dingin dan biasanya hujan akan jatuh sebagai salju atau es. Semakin menurun mendekati daratan, es tersebut akan mencair menjadi air hujan. Hal ini disebabkan karena semakin mendekati daratan, suhu akan semakin menghangat dan mencairkan titik-titik es.
 

Mengapa Saat Turun Hujan Ada Aroma Khas?

Hujan sendiri tidak berasa ataupun berbau. Namun, ketika akan turun hujan, terutama ketika sebelumnya sudah lama tidak hujan, maka akan tercium aroma khas yang menenangkan. Aroma ini dinamai oleh dua ilmuan Australia: Isabel Joy Bear dan Richard Grenfell Thomas pada 1984 dengan nama petrichor atau aroma hujan. Kedua ilmuan ini menjelaskan petrichor dengan mendetail di Jurnal Geochimica et Cosmochimica Acta dengan tajuk artikel "Genesis of petrichor".
 

Aroma hujan berasal dari ozon yang terbentuk ketika muatan listrik dari petir memisahkan atom oksigen menjadi dua atom O. Atom O ini ketika bertemu lagi dengan oksigen, maka akan terbentuk ozon. Ozon yang biasanya muncul ketika sebelum dan turun hujan itulah yang tercium dan dikenal sebagai bau hujan atau petrichor. 

Bau hujan berkaitan dengan aroma asam hujan. Asam-asaman itu sebenarnya berada di tanah dan tumbuhan, yang dikenal dengan nama palmitic acid dan stearic acid. Ketika udara panas, asam-asaman ini akan naik dan mengendap di permukaan batu, tanah kering, dan permukaan padat lainnya. Kemudian, ketika turun hujan, asam-asam tadi kemudian terbang ke udara sehingga tercium bau petrichor. Karena itulah, semakin jarang turun hujan di suatu wilayah, maka hujan pertama akan menguarkan petrichor lebih kuat daripada biasanya. Menurut penjelasan ini, bau hujan kadang kala tidak sedap dan tidak enak tercium. Sebab, bahan kimia yang bersifat asam tak jarang ditemui di puing-puing organik, spora bakteri, zat bahan bakar, dan lain sebagainya.

 

Petrichor atau aroma hujan berkaitan dengan geosmin, sebagaimana dilansir dari American Chemical Society. Geosmin adalah senyawa yang dikeluarkan sejumlah bakteri, seperti actinomycetes, streptomyces dari golongan bakteri gram positif, dan bakteri-bakteri lainnya. Akibat dari bakteri ini, misalnya ketika makan buah, ada kalanya rasanya agak ketanah-tanahan, maka buah tersebut bisa jadi terkena senyawa geosmin. Ketika hujan menitik di permukaan tanah yang ada geosminnya, atau bertemu dengan senyawa geosmin di udara, maka aromanya akan tercium indra penciuman yang dikenal dengan sebutan petrichor.
 

Geosmin adalah senyawa organik dengan bau dan aroma alami khas yang dihasilkan oleh sejenis Actinobacteria. Geosmin merupakan penyumbang bau alami bit dan salah satu sumber aroma kuat pada petrichor yang terjadi di udara saat hujan turun setelah cuaca kering atau saat tanah dibongkar. Dalam ranah kimia, zat ini merupakan alkohol bisiklik dengan rumus kimia C12H22O, dan merupakan salah satu turunan dekalin. Berikut ini adalah struktur dari geosmin

IMG_256

Geosmin juga merupakan penyebab bau lumpur pada banyak ikan air tawar komersial seperti ikan mas dan ikan patin. Geosmin menyatu dengan 2-methylisoborneol, yang terkonsentrasi pada kulit berlemak dan jaringan otot gelap. Geosmin rusak dalam kondisi asam; Oleh karena itu, cuka dan bahan asam lainnya digunakan dalam resep ikan untuk membantu mengurangi bau lumpur.

~Aas