Jangan Dilakukan, Ini 7 Pola Asuh Negatif Orang Tua yang Bisa Berdampak Buruk pada Anak!

Jangan Dilakukan, Ini 7 Pola Asuh Negatif Orang Tua yang Bisa Berdampak Buruk pada Anak!

Ini 7 Pola Asuh Negatif Orang Tua yang Bisa Berdampak Buruk pada Anak!

Hampir semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya dan ingin bisa memberikan masa depan yang berkelanjutan bagi mereka. Namun, tidak jarang maksud baik bisa dieksekusi dengan cara yang buruk.

Masih banyak orang tua yang malah memilih pola asuh yang justru menjauhkan mereka dari anak-anaknya dan membuat mereka menjadi orang tua yang buruk. Berikut adalah beberapa pola asuh negatif yang memiliki pengaruh negatif pada anak-anak.

1. Pola Asuh Otoriter

Ini adalah gaya pengasuhan yang paling ketat, yang menempatkan harapan sangat besar pada anak-anak. Pola asuh ini sebagian besar berfokus pada kepatuhan, disiplin, dan kontrol pada anak-ana daripada mengasuh dan merawat mereka.

Beberapa karakteristik gaya pengasuhan ini adalah penegakan aturan yang ketat, komunikasi sepihak, membuat tuntutan yang tidak realistis, dan ketidaktersediaan emosional orang tua pada anak.

Meskipun orang tua yang melakukan pola asuh ini mengklaim melakukannya untuk kepentingan terbaik anak, tetapi ini dapat berdampak negatif pada jiwa anak karena membuatnya rentan terhadap penurunan harga diri dan meningkatkan keraguan diri.

2. Pola Asuh Permisif

Kalau pola asuh yang satu ini kebalikannya, yaitu gaya pengasuhan yang membuat orang tua tidak tertarik untuk menetapkan aturan dan harapan kepada anak-anaknya. Meskipun lebih bebas dan lebih sering berkomunikasi, tetapi orang tua gagal membantu anak-anak dalam membuat keputusan penting atau bahkan membimbingnya.

Ini dilakukan karena orang tua berusaha keras menjaga anak-anaknya selalu merasa puas dan bahagia, yang justru tidak jarang malah memanjakan mereka. Menghindari konflik dan sering menyerah pada tuntutan anak tidak akan berdampak baik dalam jangka panjang.

3. Pola Asuh yang Lalai

Pola asuh ini dikenal juga sebagai pengasuhan yang tidak terlibat. Disebut sebagai salah satu gaya pola asuh terburuk menurut para ahli karena menganjurkan meninggalkan anak-anak untuk mengurus dirinya sendiri dengan hanya memberikan perawatan dan keterlibatan yang sangat sedikit.

Orang tua dengan gaya pengasuhan ini tidak memiliki rasa bimbingan, perhatian dan ketersediaan emosional pada anak-anak, yang sebenarnya sangat diperlukan selama tahun-tahun perkembangan mereka.

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang lalai kebanyakan memiliki harga diri yang rendah, kesulitan membentuk dan memelihara hubungan dekat, serta tidak memahami keselamatan dan keamanan karena melakukan hampir semuanya sendiri sejak awal.

4. Pola Asuh yang Tidak Responsif dan Tidak Terlibat

Pola asuh ini terjadi ketika orang tua cenderung menutup mata terhadap kebutuhan dan keinginan anak-anaknya. Orang tua memilih untuk tidak mendengarkan permintaan bantuan anak-anak, tetapi menuntut atau mengharapkan banyak hal dari mereka.

Orang tua dengan pola asuh seperti ini tidak acuh dan meremehkan serta hampir tidak peduli dengan masa depan anak-anak. Jika ini dilakukan, maka dapat berdampak besar pada pola pikir anak dan masa depannya.

5. Pola Asuh Helikopter

Berbeda dengan pengasuhan yang tidak terlibat, pola asuh helikopter adalah kebalikannya.

Orang tua yang melakukan gaya pengasuhan ini justru terlalu terlibat dalam kehidupan anak-anak, memastikan mereka melakukan semuanya dengan sempurna, tidak menyisakan ruang untuk kesalahan atau penyesalan. Orang tua seperti ini juga dikenal sebagai orang tua yang "overprotektif".

Meskipun anak-anak yang dibesarkan dengan teknik pengasuhan ini sangat dicintai, tetapi mereka mungkin merasa sedikit kewalahan dengan jumlah perhatian yang didapatkannya. Hal itu bisa membuat mereka menjadi sepenuhnya bergantung pada orang tua hingga dewasa.

6. Pola Asuh Penyelamatan

Mirip dengan pola asuh helikopter, gaya pengasuhan ini juga dilakukan dengan cara orang tua yang sangat sangat membantu anak-anaknya. Selain memastikan mereka tidak membuat kesalahan, orang tua yang melakukan gaya pengasuhan ini tidak membiarkan anak-anak berjuang sendiri.

Padahal, ini dapat menghambat anak-anak menghadapi situasi yang penuh masalah di masa depan, terutama ketika dewasa. Mereka jadi acuh tak acuh dan mungkin tidak bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya.

7. Pola Asuh Tiger

Wajar jika orang tua ingin anak berhasil dan membantu sebisanya. Namun, tentu saja itu ada batasannya. Sementara orang tua dengan pola asuh tiger justru melewati batas-batas tersebut.

Orang tua dengan pola asuh ini mendorong anak-anak mereka untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan, yang seringkali mengorbankan kesejahteraan mental dan emosional mereka. Orang tua akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membantu anak-anaknya berhasil.

Meskipun niatnya mungkin baik, tetapi hasilnya sama sekali tidak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh seperti ini dapat anak-anak memiliki rasa berhak terhadap segala hal yang mungkin bukan menjadi haknya, kurangnya kepercayaan diri, dan hipersensitivitas terhadap kritik.

 

Lalu, Pola Asuh Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua?

Sebagai orang tua, hal yang diprioritaskan untuk perkembangan anak adalah dengan mendengarkan kebutuhan dan tuntutan mereka, serta bantu membedakan antara yang benar dan yang salah.

Selain itu, bantu anak-anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, biarkan mereka membuat keputusan sendiri dalam hidup, dan pastikan mereka tahu perbedaan antara 'kebutuhan' dan 'keinginan'.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para orang tua saat mengasuh anak adalah:

  • Sangat penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat. Beri anak-anak ruang yang dibutuhkan, tetapi juga berada di sampingnya ketika mereka membutuhkan.

  • Kurangnya disiplin dapat mengalihkan perhatian anak-anak ke jalan yang salah. Selalu ada untuk membimbing mereka.

  • Pola asuh yang ketat hanya menanamkan rasa takut, bukan rasa hormat.

  • Mempermalukan anak-anak untuk membuat mereka melakukan apa yang diinginkan hanya akan mengurangi harga diri mereka.

Jadi, tidak masalah jika ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak, tetapi pastikan orang tua tidak justru malah mengadopsi pola asuh yang negatif pada mereka.

~Febria