Jangan Paksa Anak Belajar Sejak Masih Kecil, Ini Dampak Negatif yang Bisa Dirasakannya!

Jangan Paksa Anak Belajar Sejak Masih Kecil, Ini Dampak Negatif yang Bisa Dirasakannya!

Di media sosial TikTok, ada seorang balita yang terkenal karena kecerdasannya meski usianya belum mencapai 2 tahun. Dia bahkan sudah mengetahui berbagai informasi yang tidak banyak diketahui oleh orang dewasa.

Memiliki anak “jenius” seperti ini, tidak akan mengherankan jika orang tuanya akan mengirimkan anak ke sekolah dan mulai belajar secara formal di usianya yang lebih muda. Ini karena orang tua berharap, dengan belajar di sekolah, maka kecerdasan anaknya akan terus terasah dan bisa memberikan keuntungan bagi dirinya,

Namun, tahukah Anda para orang tua kalau menyuruh anak untuk belajar dengan serius sejak kecil atau bahkan menyekolahkannya di usia yang lebih muda justru akan berdampak negatif bagi dirinya?

Menurut Kanti S. Pernama M.Psi, Psikolog, banyak penelitian yang membahas dampak anak yang dipaksakan belajar sejak usia kanak-kanak. Dampak tersebut bisa berlangsung hingga usia dewasa dan bahkan bisa berdampak pada karirnya di masa depan.

"Saat dewasa, anak jadi tidak memberikan effort lebih dalam pekerjaan, tidak terbiasa berpikir kritis, atau memiliki sikap kerja yang kurang baik. Hal ini dapat mempengaruhi kesuksesan mereka dalam karir," jelasnya.

Untuk itulah Kanti berharap orang tua perlu memahami bahwa saat masih anak-anak, itu adalah waktu mereka bermain dan bereksplorasi. Apalagi, di usia tersebut mereka umumnya sedang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi.

"Mereka tertarik untuk mengeksplor lingkungan, mencoba hal baru, dan mudah menyerap informasi dan keterampilan baru," katanya.

Selain itu, banyak penelitian yang juga menemukan bahwa ketika anak memiliki pengalaman negatif terhadap proses belajar, dia cenderung akan hilang ketertarikannya untuk mencari informasi atau pengetahuan baru sepanjang perkembangannya dalam tumbuh dewasa. Gawat, bukan?

Bisa Pengaruhi Kondisi Mental Anak

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh University of Exeter Medical School di Inggris, disebutkan bahwa jika anak diberkahi dengan kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya, mengirimnya ke sekolah terlalu dini bisa berdampak buruk pada kesehatan mentalnya. Jika orang tua peduli dengan kesehatan mental anak, maka sebaiknya jangan melakukan ini pada anak.

Menurut peneliti, memasukkan anak ke sekolah di usia yang terlalu dini, cenderung membuatnya berkinerja buruk di kelas dan membutuhkan perhatian spesial dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Ini karena mereka harus secara tidak sadar berusaha untuk setara dengan teman-temannya yang usianya lebih tua. Hal ini membuat anak menjadi stres.

Sumber lain menyebutkan bahwa anak-anak yang dipaksa untuk belajar dan sekolah sejak kecil, bisa membuat mereka frustasi dan menyebabkan beberapa konsekuensi, yaitu:

  • Kehilangan motivasi untuk pergi ke sekolah.

  • Rutinitas menjadi tidak seimbang, seperti jadwal makan dan tidur.

  • Tidak tertarik untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

  • Hubungan dengan teman dan teman sekelas menjadi tegang dan jauh.

  • Bisa menjadi mudah marah dan mudah terganggu.

  • Beberapa menunjukkan gejala hiperaktif.

Untuk itu, peneliti menyarankan sebelum orang tua memasukkan anaknya ke sekolah formal sebaiknya pastikan anak sudah bisa melakukan beberapa hal di bawah ini:

  • Sudah bisa buang air sendiri di toilet

  • Bisa duduk tenang (untuk mengikuti pelajaran) dalam waktu yang lama

  • Mampu berpisah dengan orang tuanya dalam waktu lama

  • Bisa dan mau mengomunikasikan kebutuhannya dan memiliki kemampuan mendengarkan orang lain

3 Hal yang Harus Dihindari Orang Tua

Memaksa mungkin menjadi cara termudah bagi anak untuk belajar, tetapi bukan cara terbaik. Ada beberapa panduan yang bisa diikuti agar anak melihat belajar sebagai cara untuk mempelajari hal-hal baru dalam hidup mereka, bukan sebagai hukuman yang ingin dihindari.

1. Jangan Menjadi Guru

Meskipun orang tua perlu memastikan anak-anak menyelesaikan pekerjaan rumahnya, tetapi jangan menjadi orang yang melakukannya. Jika ini terjadi, anak tidak akan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan akan selalu bergantung pada orang lain untuk mendapatkan bantuan.

2. Memaksa Anak Belajar di Luar Kemampuannya

Jangan mencoba memaksakan kemampuan apa pun dari anak. Misalnya, mengharuskan anak untuk bisa membaca dan menulis pada usia dua tahun karena ingin anak lebih unggul dibandingkan anak lainnya saat masuk playgroup. Biarkan anak belajar sesuai dengan kemampuannya karena pasti ada alasan itu terjadi.

3. Jangan Memberi Hadiah Sepanjang Waktu

Meskipun memberi hadiah kepada anak-anak jika mendapat nilai baik tampaknya bermanfaat, sebenarnya tidak. Jika orang tua menyalahgunakannya, anak-anak akan berusaha untuk belajar dan melakukan yang terbaik hanya untuk mendapatkan hadiah. Sebaliknya, jika tidak mendapatkan nilai bagus, mereka akan merasa gagal.

Jadi, lebih baik memberi tepuk tangan dan pujian kepada anak ketika mendapatkan nilai bagus atau mempelajari hal baru. Jika anak merasa gagal, bicara empat mata dengannya dan jelaskan bahwa kesalahan ini merupakan kesempatan bagi dirinya untuk memperbaiki diri dan jangan menganggapnya sebagai kegagalan.

Biarkan Anak-Anak Menikmati Masa Kecilnya

Memang benar belajar itu penting, tetapi itu bukan satu-satunya hal yang harus difokuskan oleh anak-anak. Jika orang tua hanya mengerahkan energi untuk memaksa anak-anak belajar, mereka akan frustasi.

Lebih baik biarkan anak melakukan kegiatan lain yang penting bagi perkembangannya. Misalnya saja bermain dan rekreasi. Kedua kegiatan ini sangat penting karena dapat membantu anak-anak mengembangkan imajinasi dan rasa ingin tahu untuk mempelajari hal-hal baru.

Pastikan anak juga memiliki cukup waktu untuk dihabiskan bersama teman-temannya. Dengan begitu, mereka akan belajar untuk memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Kemampuan yang tidak kalah penting dimiliki anak, selain prestasi di sekolah.

~Febria