Kapan Sebaiknya Anak Mulai Ikut Les Pelajaran atau Bakat? Jangan Sampai Si Kecil Merasa Tersiksa!

Kapan Sebaiknya Anak Mulai Ikut Les Pelajaran atau Bakat? Jangan Sampai Si Kecil Merasa Tersiksa!

Selain sekolah formal, banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke tempat les, baik les pelajaran atau les bakat. Namun, sama seperti sekolah yang seharusnya tidak dilakukan terlalu dini pada anak, begitu juga dengan les.

Ini karena pada usia dini, biasanya proses belajar yang disarankan untuk anak masih berbentuk fisik untuk melatih kemampuan motorik dan bicaranya. Selain itu, anak juga sering tidak merespons proses belajar yang berlebihan. Jadi, memberikan les terlalu dini pada anak dirasa kurang tepat untuk.

Kalau bicara perlu atau tidak, psikolog anak Rafika Ariani, M.Psi mengatakan semuanya balik lagi ke kebutuhan anak. Karena jika anak masih dalam usia perkembangan, dia masih membutuhkan stimulasi sensori, yaitu kegiatan yang sifatnya ke permainan bukan akademik.

Ia menjelaskan, "Kemampuannya seperti apa? Apakah dia benar-benar membutuhkan les? Misalnya ada Ayah Bundanya ingin anak bisa calistung sebelum sekolah, jadi ikut les calistung. Tapi, harus melihat apakah anak membutuhkan les tersebut."

Dampak Anak Ikut Les di Usia Terlalu Dini

Jika orang tua memaksa memasukkan anaknya ke tempat les di usia dini, akan ada dampak negatif yang akan dirasakan anak. Mulai dari masalah fisik, emosi, hingga hubungan sosial dengan teman sebayanya yang berkurang.

Apalagi jika anak ikut les tanpa merasa tertarik atau bukan karena keinginannya sendiri. Hal ini bisa menyebabkan fase tumbuh kembang anak menjadi kurang sempurna.  

Anak yang memulai les di usia dini akan kurang memiliki waktu bermain dengan teman sebayanya. Padahal, bermain menjadi salah satu hak anak yang wajib dipenuhi orang tua. Apalagi anak yang kekurangan waktu bermain bisa tumbuh menjadi pribadi yang sulit mengelola emosinya.  

Sementara untuk masalah fisik, anak bisa mengalami masalah keseimbangan atau tidak selincah teman-teman sebayanya. Ini karena waktu bermain anak  yang seharusnya digunakan untuk menstimulasi fisiknya dengan maksimal, digunakan untuk mengikuti les..

Karena waktu bermainnya diambil, anak menjadi mudah lelah dan marah, serta sulit mengelola emosinya dengan tepat. Selain itu, anak jadi sulit belajar bersosialisasi dengan efektif karena tidak sering bermain dengan teman-teman seusianya sehingga tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri.

Apalagi jika anak dimasukkan ke dalam les yang tidak disukainya. Bukan tidak mungkin dia akan merasa tertekan selama melakukannya.

Lalu, Kapan Anak Sebaiknya Dimasukkan Les?

Untuk les pelajaran, salah satu tanda anak membutuhkan les adalah ketika dia mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah. Biasanya ini terjadi saat anak menginjak kelas 2 – 3 SD atau sekitar umur 7 – 8 tahun.

Namun, perlu dilihat juga seberapa parah anak tidak bisa mengikuti pelajaran. Misalnya, jika anak hanya mendapat nilai yang cukup, tetapi tidak ada nilai yang buruk, bukan berarti anak perlu les pelajaran. Bisa jadi ini justru akan membuat anak tertekan dan gelisah karena merasa orang tuanya “memaksa” dirinya untuk mencapai nilai tertentu.

Jika nilai anak buruk dan benar-benar tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah, Margaret Pierce, Ed.D., profesor Pendidikan di Massachusetts, menyarankan untuk memulai dengan dua sesi per minggu. Lalu, turunkan menjadi sekali seminggu saat anak sudah mulai menunjukkan kemajuan.

Sementara untuk les bakat, seperti musik, para ahli menyarankan untuk memulai pada usia 7-10 tahun saat anak sudah bisa berkonsentrasi cukup panjang. Mengajari musik sebelum anak berusia 6 tahun, berisiko membuatnya frustasi dan anak tidak suka lagi dengan musik.

Selain itu, di usia inilah anak-anak juga mulai mengeksplorasi minat dan bakatnya. Dengan mengikuti les, orang tua bisa mengamati perkembangan anak dan memberikan evaluasi sambil berdiskusi dengan anak.  

Apabila anak ternyata tidak cocok dengan les tersebut—meski awalnya dia yang memintanya, jangan dipaksakan. Lakukan kembali observasi untuk lebih mengenal minat anak dan kegiatan yang disukainya.

Hal yang Perlu Dipertimbangkan Orang Tua

Jika ingin memasukkan anak ke tempat les, baik les pelajaran atau bakat, Damar Wijayanti, Montessori & Certified Positive Discipline Parents Educator, mengatakan bahwa satu-satunya hal yang harus menjadi pertimbangan orang tua adalah kebahagiaan anak.

Ia menjelaskan, "Anak punya cara yang unik untuk mengelola informasi, nggak ada patokan usia. Tapi apakah waktu dikenalin (les) dia menikmati? Dia minta lagi atau dia senang banget atau stres?"

Tak masalah jika orang tua ingin memperkenalkan berbagai jenis kegiatan pada anak. Ini bisa menjadi salah satu upaya yang bagus untuk menggali minat dan bakat anak. Namun, jika terlalu banyak memasukkan anak ke dalam les malah bisa menghambat tumbuh kembang anak karena fisiknya akan kewalahan.

Lalu, orang tua juga wajib untuk mengetahui kondisi emosi dan fisik anak. Jangan sampai kegiatan les menyita waktu istirahat dan bermainnya. Damar bilang, jika mulai kelihatan stres, orang tua harus menghentikan kegiatan les sampai anak memiliki energi yang lebih besar untuk kegiatan yang lebih banyak.

Jadi, tak perlu terburu-buru memasukkan anak ke tempat les, ya. Meskipun orang tua berpikir itu demi kebaikannya, tetapi bukan tidak mungkin anak justru jadi membencinya. Setelah anak bisa memahami aturan, memahami instruksi bertahap, sudah terlihat minat atau kebutuhannya, barulah anak bisa dimasukkan ke tempat les.

~Febria