Kecerdasan Emosional pada Anak: Apa Pentingnya dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?

Kecerdasan Emosional pada Anak: Apa Pentingnya dan Bagaimana Cara Mengembangkannya?

Sebagai orang tua yang baik, Anda bertanggung jawab untuk mendorong anak mengembangkan kecerdasannya, termasuk kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ). Ini adalah kemampuan anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaannya dengan tepat sambil menghormati perasaan orang lain. 

Selama beberapa dekade terakhir, penelitian telah menemukan bahwa kecerdasan emosional memberikan berbagai manfaat yang akan berguna bagi anak sepanjang hidupnya. Berikut ini adalah beberapa manfaat kecerdasan emosional pada anak:

  • EQ yang tinggi berhubungan dengan IQ yang tinggi. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi memiliki kinerja yang lebih baik dalam tes-tes standar sehingga mereka cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi.

  • Hubungan yang lebih baik. Kecerdasan emosional membantu anak-anak mengelola konflik dan mengembangkan persahabatan yang lebih dalam. Saat sudah dewasa, mereka juga akan memiliki hubungan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi dan profesionalnya.

  • EQ masa kanak-kanak berkaitan dengan kesuksesan yang lebih tinggi saat dewasa. Sebuah penelitian selama 19 tahun yang diterbitkan dalam “American Journal of Public Health” menemukan bahwa keterampilan sosial dan emosional anak di taman kanak-kanak (TK) dapat memprediksi kesuksesan seumur hidup. Anak-anak yang mampu berbagi, bekerja sama, dan mengikuti arahan pada usia 5 tahun lebih mungkin untuk mendapatkan gelar sarjana dan mulai bekerja penuh waktu pada usia 25 tahun.

  • Kesehatan mental yang lebih baik. Anak dengan tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami depresi dan penyakit mental lainnya.

Cara Mengembangkan Kecerdasan Emosional pada Anak

Karena kecerdasan emosional ini kemungkinan besar tidak diajarkan di sekolah atau institusi pendidikan, maka peran orang tua sangatlah penting untuk mengembangkan EQ anak. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan.

1. Kenali Gaya Pengasuhan Orang Tua

Disadari atau tidak, pola asuh orang tua sangat memengaruhi kecerdasan emosional anak-anak. John Gottman mengidentifikasi empat gaya pengasuhan yang berbeda:

  • Tidak menyetujui: Melihat emosi negatif sebagai sesuatu yang buruk dan menggunakan hukuman sebagai cara untuk menghilangkan emosi tersebut.

  • Mengabaikan: Tidak memberikan perhatian atau kepentingan pada emosi anak dan menggunakan taktik pengalihan untuk menghilangkannya secepat mungkin.

  • Laissez-faire: Menerima semua emosi anak, tetapi tidak terlibat dalam membantu anak memecahkan masalah dalam menghadapi emosi tersebut.

  • Pembinaan emosi: Menghargai emosi dan bersabar terhadap ekspresi perasaan anak serta menggunakannya untuk menjalin ikatan dan mengajari anak-anak cara terbaik untuk mengelola suasana hati dan emosi.

2. Ketahui Berbagai Emosi Anak

Bahkan jika Anda tidak dapat "melakukan apa-apa" untuk mengatasi kekesalan anak, berempatilah. Berempati bukan berarti setuju, hanya saja Anda mampu melihat perasaannya dari sisi anak. Orang tua bisa berkata:

  • "Susah pasti berhenti bermain dan untuk makan, tetapi kamu tetap harus melakukannya."

  • "Kamu pasti sangat kecewa karena hari ini hujan, padahal kamu sudah berencana main di luar."

  • "Kamu ingin begadang seperti anak-anak yang lain juga, kan? Ayah/ibu tahu rasanya."

Cara ini akan membuat anak merasa dimengerti sehingga akan memicu biokimia yang menenangkan. Jalur saraf yang diperkuat setiap kali anak merasa tenang inilah yang akan digunakan untuk menenangkan dirinya sendiri seiring bertambahnya usia.

3. Luangkan Waktu untuk Mempelajari Emosi Anak

Setelah mengidentifikasi emosi anak, inilah saatnya untuk mengajari anak tentang apa yang terjadi di dalam dirinya. Beritahu anak berbagai emosi yang bisa dirasakannya saat menonton dalam film atau video yang ditontonnya. Ini akan membantu membekali anak untuk lebih sadar akan dirinya sendiri dan berempati pada orang lain.

Setelah itu, saatnya untuk mendengarkan apa yang dikatakan anak tentang emosi tersebut. Jika anak yang merasakan emosi tersebut, penting untuk mengizinkannya mengungkapkan apa yang sedang terjadi. Jika orang lain yang mengalami emosi tersebut, biarkan anak menggambarkan apa yang sedang diamati.

Langkah selanjutnya adalah memvalidasi emosi tersebut bagi anak. Tidak ada emosi yang harus diberi label "buruk" karena tidak salah untuk merasakan emosi negatif. Tekankan bahwa bertindak dengan cara yang negatiflah yang menjadi awal munculnya masalah. Jika perlu, bantu anak dalam memberi label pada suasana hati atau emosi yang akan membantunya mengidentifikasi berbagai suasana hati dan emosi yang berbeda.

4. Kenalkan Keterampilan Mengatasi Emosi yang Sehat pada Anak

Setelah anak-anak memahami emosinya, mereka perlu belajar bagaimana menghadapi emosi tersebut dengan cara yang sehat. Mengetahui cara menenangkan diri, menghibur diri, atau menghadapi ketakutan mereka bisa menjadi hal yang rumit bagi mereka.

Ajarkan keterampilan khusus, seperti mengambil napas dalam-dalam ketika mereka marah untuk menenangkan tubuh. Orang tua juga dapat membantu anak membuat peralatan yang dapat membantu mengatur perasaannya, seperti buku mewarnai, buku lelucon favorit, musik yang menenangkan, dan lotion yang wangi. Beberapa barang tersebut dapat membantu melibatkan indera mereka dan menenangkan emosinya. Letakkan barang-barang tersebut di dalam kotak khusus, kemudian saat kesal ambil salah satu alat di sana untuk mengelola emosi.

5. Ajarkan Pemecahan Masalah pada Anak

Emosi adalah pesan, bukan lumpur yang harus dipendam. Ajarkan anak untuk bernapas agar bisa melaluinya, merasakannya, mentolerirnya tanpa perlu bertindak, lalu memecahkan masalah dan bertindak jika perlu.

Kadang, anak-anak dapat melakukan ini sendiri. Namun, tidak jarang mereka juga membutuhkan bantuan orang tua untuk bertukar pikiran. Namun, tahan keinginan untuk terburu-buru dan menangani masalah untuk anak kecuali diminta. Ini akan memberi pesan pada anak bahwa Anda percaya pada kemampuannya untuk menanganinya sendiri.

Cara ini penting karena anak-anak tidak hanya perlu mengekspresikan perasaannya, tetapi mereka juga perlu tahu bagaimana cara mengubahnya untuk menemukan solusi yang konstruktif terhadap masalah. Semua anak perlu dilatih untuk belajar mengekspresikan kebutuhan mereka tanpa menyerang orang lain.

Pada akhirnya, orang tua bisa menggunakan kesalahan anak-anak sebagai kesempatan untuk mereka tumbuh lebih baik. Ketika mereka bertingkah karena marah atau menyakiti perasaan seseorang, luangkan waktu untuk berbicara bahwa mereka bisa melakukan yang lebih baik dari itu.

Dengan dukungan dan bimbingan orang tua yang berkelanjutan, anak-anak dapat mengembangkan kecerdasan emosional atau EQ dan kekuatan mental yang diperlukan untuk berhasil dalam hidup.

~Febria