Komplemen Daring dan Luring dari Profesionalitas Guru dan Kakak Pengajar Sinotif

Komplemen Daring dan Luring dari Profesionalitas Guru dan Kakak Pengajar Sinotif

Tidak ada orang yang mau kembali ke masa pandemi Covid-19 karena aktivitas kita sebagai makhluk sosial jadi sangat terbatas. Karyawan terpaksa bekerja dari rumah (work from home) dan para siswa terpaksa harus belajar dari rumah karena sekolah mereka ditutup untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Profesionalitas kakak pengajar Sinotif di kegiatan belajar-mengajar online rasa tatap muka | Foto: Sinotif

 

Ditutupnya sekolah tentu membuat guru dan siswa jadi serba sulit. Para guru yang tadinya mengajar di kelas menggunakan whiteboard dan LCD proyektor lalu memberi catatan dan tugas pada siswa, saat pandemi jadi harus mengajar pakai laptop alias mengajar online.

Makna kata online (dalam jaringan/daring) bila disematkan dalam konteks pembelajaran artinya kegiatan belajar-mengajar yang menggunakan jaringan komputer dan internet. Namun hampir semua guru ternyata tidak familiar dengan kegiatan belajar-mengajar online. Hal ini terjadi karena mereka telah terbiasa mengajar offline (luar jaringan/luring) di dalam kelas selama belasan, bahkan puluhan tahun tanpa pernah punya pengalaman mengajar online.

Jadinya mereka hanya mengirim video pembelajaran dari YouTube ke grup WhatsApp dan minta siswa mengerjakan beberapa tugas dari video pembelajaran itu.

 

Penggunaan Perangkat dan Aplikasi Berbasis Internet

Cara belajar online via grup WhatsApp tentu membingungkan siswa. Fungsi utama WhatsApp adalah sebagai media bertukar pesan singkat sehingga tidak memungkinkan adanya interaksi dua arah kecuali lewat voice dan video call. Voice dan video call WhatsApp memang dimaksudkan untuk berinteraksi, tapi bukan interaksi belajar-mengajar karena fiturnya terbatas.

"Bagaimana siswa bisa paham kalau cuma menerima video di grup WhatsApp tanpa menerima penjelasan apa pun tentang suatu pelajaran?! Pun banyak guru tidak membuka komunikasi dua arah dengan siswa selama belajar online karena belum paham menggunakan aplikasi penunjang semisal Zoom Meeting atau Google Classroom."

Kalau sudah begitu, jangankan siswa biasa, siswa yang sudah ikut Bimbingan Belajar Sinotif pasti juga kesulitan kalau cuma menerima materi pelajaran lewat WhatsApp, sebab di Bimbel Sinotif siswa selalu dibimbing belajar secara interaktif dan fun oleh kakak pengajar.

Bukan cuma fun yang bikin enjoy, para kakak pengajar juga amat menguasai teknologi berbasis internet sehingga mereka mahir membimbing siswa memahami materi secara interaktif menggunakan perangkat yang terbilang sederhana seperti headset dan pen tablet.

Belajar les online di Sinotif sama menyenangkannya dengan belajar di sekolah | Foto: Sinotif

 

Inilah yang membuat para siswa yang ikut Bimbingan Belajar Sinotif menikmati apa yang namanya belajar live interaktif online. Mereka tidak melihat belajar online sebagai momok penyebab munculnya rasa malas, tetapi bagian dari aktivitas belajar yang menyenangkan selain di sekolah.

Kemudian, melihat anak-anak mereka kesulitan belajar hanya dari video di grup WhatsApp, banyak orang tua lantas meminta guru mengajar lewat Zoom, Gmeet, atau Google Classroom.

Akan tetapi, belajar-mengajar melalui Zoom dan Google Classroom ternyata juga membawa kesulitan tersendiri karena ada 20-25 siswa yang harus diawasi dalam satu layar. Sebagian dari siswa ini mematikan kameranya dengan alasan kuatir kamar atau rumah berantakan mereka terlihat, padahal mereka mengikuti pembelajaran sambil terkantuk-kantuk. Ada juga yang mengaku tidak tahu cara menghidupkan kamera karena handphone-nya “kentang” (kuno), padahal mereka mematikan kamera supaya tidak kelihatan sedang main game.

Kalau menemukan hal seperti itu guru cuma bisa menegur sebab dalam situasi pandemi sepertinya tidak enak hati memberi sanksi pada siswa yang malas menghadiri kelas online. Menegur pun hanya sekilas karena kalau berulangkali akan mengganggu siswa yang betul-betul niat belajar online di waktu yang sama. Jadi memberi sanksi rasanya tidak enak, tapi kalau tidak diberi siswa malah tambah malas.

Berkaca dari pengalaman belajar-mengajar Live Interaktif Online senjak pandemi sampai saat ini, maka bisa dikatakan kalau kakak pengajar di Bimbingan Belajar Sinotif lebih lihai daripada dari guru di luar sana.

 

Profesionalitas Mengajar Luring dan Daring

Walau tidak selihai kakak pengajar di Sinotif, bukan berarti guru di sekolah yang mengajar online saat pandemi tidak kompeten. Mereka sangat kompeten mengajar dan memberi ilmu. Hanya saja banyak guru masih gagap teknologi sehingga tidak bisa memaksimalkan belajar online.

Sebelum menjadi profesional, seorang guru harus melewati proses sertifikasi yang namanya PPG (Pendidikan Profesi Guru) baik prajabatan atau dalam jabatan. Kemudian untuk meningkat ke jenjang profesional yang lebih tinggi, salah satunya menjadi kepala sekolah, seorang guru harus menempuh pendidikan guru penggerak.

Sama seperti guru profesional yang datang dari sarjana pendidikan, kakak pengajar di Bimbel Sinotif semuanya Sarjana sesuai bidang yang diajarnya. Kalau kita ikut les bimbel fisika Sinotif maka pengajarnya juga lulusan Sarjana Fisika. Pun kalau ikut les bimbel kimia Sinotif, kakak pengajarnya berasal dari Sarjana Kimia. Hal sama kalau kita les bimbel matematika Sinotif, kakak pengajarnya juga lulusan Matematika.

Supaya profesional seperti layaknya guru, semua kakak pengajar di Sinotif juga bekerja full time (penuh-waktu), tidak ada yang freelance (lepasan) dan part time (paruh-waktu). Mereka juga telah melalui berbagai pemantapan dan pelatihan sebelum jadi lihai mengajar siswa secara fun dan bikin enjoy.  

Bila guru di kelas yang mengajar offline harus beradaptasi dan berlatih menggunakan laptop dan aplikasi belajar bila ingin mengajar online seperti saat pandemi, kakak pengajar di Sinotif sudah menguasainya sedari awal sebagai bagian dari profesionalitas mereka.

Melihat adanya kesamaan dalam hal pengajaran ilmu, maka bisa dibilang guru di sekolah dan kakak pengajar di Sinotif telah menjadi komplemen yang menguntungkan siswa terutama dalam pelajaran matematika, kimia, dan fisika. Baik guru dan kakak pengajar sama-sama mampu bertindak dan bergerak sesuai kapasitas dan kompetensi ilmunya demi kemajuan pendidikan Indonesia. ~Yana Haudy