Mengapa Anak Sering Menangis saat Disuruh Sekolah? Bagaimana Cara Mengatasinya? Coba Baca Ini, Parents!

Mengapa Anak Sering Menangis saat Disuruh Sekolah? Bagaimana Cara Mengatasinya? Coba Baca Ini, Parents!

Anak Sering Menangis saat Disuruh Sekolah? Ini Cara Mengatasinya, Parents!

Meski pergi ke sekolah adalah sebuah kewajiban untuk anak, tetapi tidak semua anak menyukainya.Tidak sedikit anak yang justru menangis saat disuruh sekolah dan bilang "Aku nggak mau pergi ke sekolah!".

Jika ini terjadi hanya di awal-awal tahun ajaran, mungkin anak hanya belum terbiasa. Namun, jika anak masih sering menangis saat diantar ke sekolah bahkan setelah lewat beberapa bulan, mungkin dia mengalami masalah yang lebih dalam, yaitu kecemasan sekolah.

Menurut Anxiety and Depression Association of America (ADAA) atau Asosiasi Kecemasan dan Depresi Amerika, ketakutan khusus seperti ini bisa memengaruhi 2% – 5% anak sekolah dari segala usia untuk alasan yang berbeda.

 

Kecemasan Sekolah pada Anak-Anak Prasekolah

"Sekolah" adalah konsep abstrak yang belum pernah ada sebelumnya untuk anak di usia ini. Orang-orang dan rutinitas yang tidak dikenal bisa menakutkan baginya. Itulah sebabnya beberapa anak usia prasekolah bisa memiliki kecemasan perpisahan yang berkepanjangan, yang sebenarnya sangat normal.

Anak-anak di usia prasekolah dengan kecemasan sekolah dapat menunjukkan berbagai gejala yang berbeda. Ada yang mungkin mau bicara tentang ketakutannya terhadap sekolah atau terus bertanya "Memang aku harus sekolah?” atau “Bisa nggak mama tinggal di sekolah denganku?"

Ada juga anak yang mengeluh tentang sakit perut atau sakit kepala dan bahkan membuat ulah ketika sudah siap untuk pergi ke sekolah.

 

Kecemasan Sekolah pada Anak SD

Di usia ini, kecemasan sekolah dapat memiliki banyak penyebab berbeda. Misalnya, stres oleh tuntutan kelas.

"Masyarakat kita mengharapkan lebih banyak dari anak-anak di usia yang lebih muda dan tidak semua dari mereka bisa mengatasinya," kata Sucheta Connolly, MD, seorang psikiater anak.

Jika anak memiliki ketidakmampuan belajar yang tidak terdiagnosis, dia tentu saja akan mengalami kesulitan dengan mata pelajaran tertentu—tetapi tidak disadari gurunya—sehingga dia khawatir tentang sekolah.

Faktor-faktor adalah gangguan kecemasan umum dan kecemasan sosial, yang membuat sekolah tampak menakutkan. Kecemasan umum membuat anak mengalami kekhawatiran berlebihan tentang hal-hal sehari-hari mulai dari prestasi akademik hingga berada jauh dari orang tua.

Sementara anak dengan kecemasan sosial sering merasa khawatir akan melakukan sesuatu yang memalukan. Hal itu membuatnya takut berbicara di depan kelas, bahkan berjalan ke papan tulis.

Selain menangis, anak-anak usia SD juga mungkin memiliki gejala fisik, seperti sakit kepala, mual, diare, dan sulit tidur, yang muncul sebelum berangkat sekolah. Setelah di sana, mereka mungkin kembali menangis, mengeluh sakit dan nyeri, yang tidak dapat dihibur oleh guru.

Apa yang Harus Dilakukan oleh Orang Tua?

Anak yang sering menangis saat disuruh sekolah jangan dibiarkan begitu saja. Berikut adalah beberapa tips yang bisa diberikan agar anak pergi ke sekolah tanpa menangis.

 

Ciptakan Kegembiraan pada Anak

Bicaralah dengan anak dan ceritakan tentang apa yang mungkin dilakukannya di sekolah, seperti permainan yang bisa dimainkan bersama teman-teman, jajanan yang mungkin disukainya, dan sebagainya. Alihkan perhatian anak ke sesuatu yang akan menyenangkannya sehingga dia tidak takut berpisah dari orang tuanya ketika di sekolah.

Jangan pernah menekankan anak dengan pembicaraan negatif seperti, "Kamu nanti ibu hukum kalau menangis di sekolah" dan sebagainya. Jangan pernah juga membandingkan anak dengan anak-anak lain di depannya karena bisa menghilangkan kepercayaan dirinya.

 

Kenali Anak dengan Sekolahnya

Sebelum mendaftarkan anak bersekolah, pastikan bahwa dia berkenalan dengan sekolahnya. Ajak dia berjalan-jalan santai di sekolah atau bertemu dengan para guru untuk membuatnya berkenalan dengan lingkungan sekitar sekolah.

Hal ini akan membuatnya menjadi akrab dengan sekolah dan sekitarnya sehingga tidak akan merasa aneh pada hari pertama di sekolahnya.

 

Cari Tahu Mengapa Anak Tak Mau ke Sekolah

Pertama kali pergi ke sekolah bisa menjadi pengalaman yang menakutkan, jadi bicaralah dengannya untuk mendapatkan cerita dari sisinya. Cari tahu apa yang membuatnya menangis.

Hal yang mungkin terdengar konyol bagi orang tua, mungkin menjadi masalah serius bagi anak. Tangisannya mungkin akibat dari tasnya yang terlalu berat, tidak memiliki teman, atau hanya merasa ditinggalkan dan kesepian.

Setelah bisa mengidentifikasi ketakutan dan memperbaikinya, orang tua mungkin akan mulai melihat perubahan positif dalam perilaku anak terhadap sekolah.

 

Jangan Tinggalkan Anak dalam Kondisi Menangis

Membiarkan anak menangis dalam tempat yang sama sekali baru baginya bisa membuatnya rentan. Ini mempengaruhi pengaturan psikologis anak dan mengakibatkannya menolak untuk belajar di sekolah.

Cobalah untuk mengubah suasana hatinya sebelum memasuki gerbang sekolah. Misalnya dengan memeluk atau mencium pipinya dan janjikan kalau salah satu atau kedua orang tuanya akan menunggu di gerbang sekolah begitu sekolah selesai.

 

Jangan Mengomeli atau “Menyuap” Anak

Meskipun mungkin tampak seperti solusi jangka pendek yang layak dilakukan, tetapi ini kontraproduktif. Memarahi anak karena merasa takut sama saja dengan mengabaikan emosi anak, sedangkan “menyuap” mengajarkannya perilaku buruk.

Jangan menyuap anak dengan cokelat agar mau pergi ke sekolah karena dia harus belajar bahwa sekolah harus muncul dari keinginan, bukan hanya untuk mendapatkan lebih banyak hadiah.

 

Berikan Tidur yang Cukup pada Anak Malam Sebelum Sekolah

Anak-anak sering berperilaku negatif ketika lelah, mengantuk, atau lapar. Pastikan ini tidak menjadi alasan kegelisahan anak untuk pergi ke sekolah. Ajak anak tidur lebih awal dan bangunkan lebih cepat sehingga dia memiliki waktu santai untuk menyelesaikan sarapannya agar tetap kenyang selama jam sekolah.

 

Bicaralah dengan Gurunya

Karena setelah sekolah anak menghabiskan sebagian besar harinya di sekolah, maka guru dapat memberi beberapa informasi tentangnya. Percaya atau tidak, guru dapat membantu menenangkan anak dengan cara yang tidak pernah diketahui orang tua.

Bersama dengan bantuan para guru, orang tua bisa merumuskan strategi tentang menghibur anak yang menangis untuk membantunya keluar dari kebiasaan menangis ketika disuruh pergi ke sekolah.

~Febria