Mengenal Zat Warna Azo Pada Industri Tekstil

Mengenal Zat Warna Azo Pada Industri Tekstil

Zat warna sintetik merupakan salah satu zat warna yang banyak digunakan dalam industri tekstil. Hal ini disebabkan karena zat warna sintetik lebih murah, penggunaannya lebih praktis, tidak mudah luntur, dan warnanya lebih bervariasi daripada zat warna alam. Molekul zat warna tekstil terdiri dari kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna dengan serat. Beberapa kromofor yang umum diantaranya gugus nitroso, nitro, azo, etilen, dan karbonil, sedangkan auksokrom diantaranya gugus amina, karboksil, metoksil, sulfonat, dan hidroksil. 

Sekitar 60%-70% zat warna yang digunakan dalam pencelupan tekstil adalah zat warna sintetik golongan azo dan turunannya. Zat warna azo banyak digunakan dalam pencelupan kain terutama kain dari serat selulosa, rayon, dan wool. Hal ini karena zat warna azo dapat terikat kuat pada kain, sehingga tidak mudah luntur dan memberikan warna yang baik. Zat warna azo tidak mudah rusak oleh perlakuan kimia, sehingga jika terbuang ke lingkungan dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama serta dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. 

Pewarna azo merupakan pewarna utama yang digunakan dalam industri tekstil dan tergolong limbah yang sulit terdegradasi, meski pewarna azo dapat bersifat nontoksik pada kadar rendah bagi tubuh manusia, namun pada kadar atau jenis azo tertentu dapat bersifat toksik dan karsinogenik. Jadi kita harus lebih bijak dalam penggunaan mainan salah satunya dengan membeli mainan yang telah ber-SNI. Azo tidak baik untuk lingkungan serta tubuh yang mungkin tidak akan dirasakan dalam waktu dekat, namun akan menumpuk dan berakibat beberapa tahun kemudian tergantung banyaknya paparan. Maka dari itu kandungan azo pada mainan dibatasi kandungannya, yaitu maksimal 20 mg/kg per senyawa. Berikut ini beberapa struktur senyawa zat warna azo

Scheme (I): Molecular Formula for Azo Dyes. | Download Scientific Diagram

Zat warna azo merupakan kelas zat yang terbesar dan terpenting; jumlahnya mencapai ribuan . dalam pewarnaan azo, mula-mula tekstil itu dibasahi dengan senyawa aromatik yang terakaktifkan terhadap subtitusi elektrofilik, kemudian diolah dengan suatu garam diazonium untuk membentuk zat warna. Berikut reaksinya.

 

Jenis-Jenis Pewarna Tekstil

Kerajinan tekstil sendiri adalah bahan yang berasal dari serat, diolah menjadi benang, kemudian dirajut atau ditenun menjadi kain. Biasanya, ia digunakan untuk pembuatan busana atau berbagai produk kerajinan tekstil lainnya. Bahan tekstil dapat diberi warna, baik dari bahan pewarna alami maupun buatan. Masing-masing bahan pewarna ini memiliki sifat dan jenis yang berbeda-beda.

Dalam buku Seni Rupa (2020) yang ditulis Kirno Widarso, dijelaskan macam-macam bahan pewarna pada tekstil, baik yang alami maupun buatan. Adapun bahan pewarna alami seperti kunyit yang menghasilkan warna kuning, kayu saga menghasilkan warna merah dan hitam dengan mengolah kulit dan getahnya, tarum menghasilkan warna biru dengan cara merendam daunnya, dan suji dapat menghasilkan warna hijau melalui proses pengolahan dengan cara ditumbuk. Selain pewarna alami tersebut, berikut ini adalah berbagai jenis pewarna sintetis atau buatan.

 

1. Naphtol

Zat warna napthol berasal dari napthol sebagai komponen dasar dan garam diazonium atau garam napthol sebagai komponen tambahan. Pewarna ini digunakan dengan teknik celup. Berikut struktur senyawa naphtol

Liliathreey: Analisis Zat Warna Naphtol Blue Black

Struktur Napthtol Blue Black

Gambar 5. Struktur Naphthol Yellow S | Download Scientific Diagram
Struktur Naphtol Yellow

 

2. Indigosol 

Zat warna indigosol memiliki ciri tidak mudah luntur. Warnanya merata dan cerah. Proses pewarnaannya bisa dengan dicelup atau dicolet. Warna akan muncul setelah ditambahkan natrium nitrit atau asam sulfat.

Berbagai struktur warna Indigo

3. Warna Rapit Zat 

warna rapit yang digunakan untuk coletan biasanya adalah jenis rapit fast. Zat warna rapit merupakan komponen campuran dari warna napthol dan garam diazonium yang distabilkan. Rapit yang banyak dipakai adalah warna merah.

 

4. Cat Akrilik 

Cat akrilik biasa dipakai untuk melukis. Bahan dasarnya adalah plastik polietilen sehingga cepat mengeras dan cepat kering. Penggunaannya biasanya dicampur dengan air.

 

 

Limbah Akibat Zat Warna Pada Tekstil dan Cara Menanganinya

Limbah cair tekstil mengandung senyawa organik tinggi, logam berat, suhu tinggi, COD tinggi, pH tinggi, dan warna pekat. Di mana limbah cair ini dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia. Penanggulangan limbah ini bisa dengan berbagai proses serta metode pengolahan seperti fotolisis, sonolisis dan ozonolisis. Ketiga metode ini sangat populer dalam penelitian yang berkaitan dengan zat warna.

 

Ozonolisis

Ozonolisis yaitu pemisahan ikatan pada senyawa oleh ozon untuk mengubah struktur yang dapat menyebabkan degredasi molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil. Ozon dapat mendegradasi struktur kompleks zat warna dalam waktu singkat. Oleh karena itu, ozonasi merupakan salah satu alternatif yang paling efektif untuk mengatasi masalah warna pada limbah tekstil. Sebenarnya, warna dari zat warna tergantung pada kelompok kromofor. Ozon adalah agen yang sangat baik untuk penguraian gugus kromofor khususnya dan sangat efektif untuk menghilangkan warna dari zat warna dalam air limbah. Metode ozonolisis ini memiliki kelebihan yaitu menghilangkan warna pada air limbah, menhilangkan kekeruhan, pemasangan dan pengoperasian yang mudah serta dekomposisi ozon sisa menjadi oksigen.

 

~ Aas