Saponifikasi (Penyabunan)

Saponifikasi (Penyabunan)

Sabun adalah produk yang digunakan sebagai pembersih dengan media air. Secara umum bentuknya padatan dan ada juga yang cair. Setiap bentuk dari sabun pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sabun bekerja secara efektif dapat mengikat partikel suspensi yang mudah dibawa oleh air. Di era sekarang ini, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan. Sabun terbuat dari campuran minyak atau lemak (nabati) dengan basa atau alkali melalui suatu proses yang disebut saponifikasi

Lemak atau minyak akan terhidrolisis oleh basa dan menghasilkan sabun dan gliserol. Pada umumnya minyak nabati yang digunakan seringnya adalah minyak zaitun dan basa yang digunakan adalah kalium atau natrium hidroksida. Minyak nabati merupakan senyawa trigliserida yang merupakan campuran dari asam lemak dan gliserol. Berikut adalah struktur dari sabun dan reaksi pembuatan sabun dari minyak dan basa. 




                                  Sodium stearate, bahan dalam sabun batangan

                                    Sodium laurat Sulfat, bahan dalam sabun cair
Apa perbedaan sabun colek, sabun cuci tangan, sabun batangan ketika ...

                                   Reaksi pembuatan sabun dari trigliserida dan KOH

 

Kesadaran untuk membiasakan mencuci tangan dengan sabun meningkat karena adanya pademi covid-19. Kebiasaan ini dinilai efektif dalam mencegah infeksi dan penularan penyakit. Namun, kebiasaan mencuci tangan ini juga memiliki dampak negatif yaitu polusi perairan dari limbah sisa pembuangan air sabun. Sebab komponen utama sabun dan detergen yang ada dipasaran yaitu LAS (Linier Alkil Benzen Sulfonat)  merupakan hasil pengolahan minyak bumi yang sulit diurai oleh bakteri dalam perairan. Pada 22 Februari, Hari Peduli Sampah Nasional merupakan momentum kesadaran kita untuk mengurangi sampah dan polusi perairan serta ketergantungan kita terhadap sumber daya fosil. Berikut ini beberapa sabun alami yang ramah lingkungan.

 

Pembuatan Sabun Koenzim

Salah satu cara pembuatan sabun dari sampah organik rumah tangga dengan cara fermentasi. Hasil dari fermentasi tersebut diolah menjadi enzim sampah atau koenzim, yaitu cairan dengan aroma asam/segar, dan berwarna coklat gelap. Ekoenzim memiliki banyak khasiat yaitu dapat digunakan sebagai pembersih sayur dan buah, penangkal serangga serta sebagai penyubur tanaman/pupuk. Sedangkan dalam bidang Kesehatan, ekoenzim dapat dimanfaatkan sebagai desinfektan alami dan pembersih tangan karena sifatnya yang asam bisa membunuh kuman. Kandungan organik pada ekoenzim juga mudah terdegradasi dalam air.

Cairan koenzim dari limbah dapur rumah tangga seperti buah dan sayur

Sampah dapur dikumpulkan dan dipotong kecil-kecil, kemudian dimasukkan ke dalam botol atau toples yang sudah berisi gula merah. Perbandingan takarannya adalah 3 : 1 : 10 (misalnya 300 gram sampah, 100 gram gula merah dan 1000 ml air). Setelah itu, ditutup rapat lalu didiamkan selama 90 hari ditempat sejuk dan cairan inilah yang disebut koenzim. Cairan enzim ini akan diolah menjadi sabun. 

Enzim yang telah diperoleh nantinya dicampurkan dengan air dan Metil Ester Sulfonat atau MES dengan perbandingan 6 kg MES : 15 kg air : 4 kg koenzim. Masukan MES ke dalam air, kemudian dipanaskan diatas kompor, aduk selama 10 menit hingga mengental dan berwarna kekuningan. Matikan api kompor , biarkan campuran MES dingin. Setelah dingin baru dicampur dengan ekoenzim, aduk hingga merata, masukkan ke dalam botol dan siap digunakan. Bisa dicoba dirumah ya, namun harus dalam pengawasan orang tua ya. Bahan MES bisa dibeli ya di laboratorium atau toko bahan kimia. 

 

Inovasi Sabun Cair Ramah Lingkungan Oleh Mahasiswa UI 2019

Tiga mahasiswa UI Teknik Kimia dan Teknik Industri menjadi juara dua dalam kompetisi Kasus Bisnis Indonesia Chemical Engineering Challenge (ICHEC) 2022 tingkat Asia Tenggara dengan mengembangkan inovasi sabun cair ramah lingkungan berbahan dasar minyak kelapa. Kebanyakan bahan dari sabun mandi cair diformulasikan dengan bahan yang mudah mengiritasi kulit dan merusak lingkungan. Tiga mahasiswa UI ini yang tergabung dalam Tim Meliora mengusulkan kepada perusahaan yang dipilih untuk mengembangkan produknya. Brand Wardah di bawah PT Paragon diusulkan oleh tim ini karena termasuk ke dalam salah satu produk kecantikan yang diminati masyarakat. Produk yang diusulkan tentunya adalah sabun mandi cair yang ramah lingkungan. Kandungan Sodium laurat Sulfat sebagai surfaktan dapat mengiritasi kulit sensitif dan menurunkan kandungan oksigen sebanyak 40%. Tim Meliora mengusulkan untuk mengganti surfaktan tersebut dengan minyak kelapa yang lebih ramah lingkungan dan juga ekonomis. Tim Meliora juga menggunakan kemasan yang ramah lingkungan yang terbuat dari daur ulang polyethylene terephthalate (ePET) yang jejak karbon nya lebih rendah dari pada PET pada umumnya. Jadi bukan hanya isinya yang ramah lingkungan, kemasanya juga ramah lingkungan. Wah, keren ya. Semoga semakin banyak inovasi yang membuat bumi kita semakin sehat. ~Aas