Zaman AI Sudah Datang, Ini yang Harus Dibicarakan Orang Tua kepada Anaknya!

Zaman AI Sudah Datang, Ini yang Harus Dibicarakan Orang Tua kepada Anaknya!

Selain orang dewasa yang telah mengikuti perkembangan teknologi, sekarang anak-anak juga semakin melek dengan teknologi terbaru. Salah satunya adalah Artificial Intelligence atau yang lebih dikenal dengan AI.

AI juga semakin banyak ditemukan di mana-mana, mulai dari merekomendasikan acara kepada penonton di Netflix, membantu Alexa menjawab pertanyaan, memberi kekuatan pada filter Snapchat interaktif favorit, dan cara membuka kunci di smartphone.

Di saat anak akan semakin akrab dengan AI, disinilah peran orang tua semakin penting. Ini karena tidak semua anak tahu betapa berbahayanya AI—meskipun juga sangat berguna—bagi kehidupan jika tidak digunakan dengan benar.

Berikut adalah beberapa hal yang harus dibicarakan oleh orang tua mengenai AI kepada anak-anaknya.

1. AI Bukanlah Teman

Salah satu tujuan dibuatnya Chatbot adalah untuk mengobrol. Nada bicara yang ramah dan bersahabat, yang diadopsi ChatGPT, saat menjawab pertanyaan dapat membuat anak lupa kalau dia sedang berinteraksi dengan AI, bukan teman. Ini bisa membuatnya lebih cenderung mempercayai apa yang dikatakan oleh chatbot, daripada bersikap skeptis terhadap perkataannya.

Helen Crompton, seorang profesor di Old Dominion University yang berspesialisasi dalam inovasi digital di bidang pendidikan, meminta orang tua untuk mengingatkan anaknya bahwa apa yang dibicarakan oleh Chatbot hanya meniru ucapan manusia berdasarkan data yang diambil dari internet. Meskipun suaranya terdengar seperti suara manusia yang simpatik, 

"Kita perlu mengingatkan anak-anak untuk tidak memberikan informasi pribadi yang sensitif kepada sistem, seperti ChatGPT, karena semuanya akan masuk ke dalam basis data yang besar. Ini dapat digunakan untuk menghasilkan lebih banyak uang bagi perusahaan teknologi tanpa persetujuan atau bahkan dapat disalahgunakan oleh hacker,” jelasnya.

2. AI Bukanlah Pengganti Mesin Pencari

Meskipun chatbot terdengar meyakinkan saat menjawab pertanyaan, tetapi tidak semua informasi yang ditawarkan benar atau dapat diandalkan. Sebenarnya, sudah banyak yang tahu bahwa model bahasa AI dapat menampilkan kebohongan seperti fakta karena teknologi ini dapat memberikan informasi bias dan stereotip yang berbahaya. Namun, mungkin belum banyak anak yang mengetahuinya.

Victor Lee, profesor di Stanford Graduate School of Education yang telah menciptakan sumber daya AI gratis untuk kurikulum sekolah menengah, berkata. "Siswa harus berhenti sejenak dan memikirkannya sebelum mengklik, membagikan, atau memposting ulang, serta lebih kritis terhadap apa yang dilihat dan diyakini karena banyak di antaranya yang mungkin saja palsu."

Sementara David Smith, profesor pendidikan biosains di Sheffield Hallam University di Inggris, mengingatkan bahwa anak tidak boleh menerima semua yang dikatakan oleh AI sebagai fakta yang tak terbantahkan. Jadi, apapun jawaban yang diberikan oleh teknologi ini, anak harus kembali memeriksanya di mesin pencari.

3. AI Bisa Merekomendasikan Hal-Hal yang Buruk

Penting untuk memahami dan menjelaskan kepada anak-anak bagaimana algoritma rekomendasi bekerja, kata Teemu Roos, profesor ilmu komputer di University of Helsinki.

Banyak perusahaan yang telah mengembangkan algoritma AI yang kuat yang merekomendasikan konten, seperti video di YouTube atau TikTok, sehingga orang akan ketagihan dan bertahan di platform tersebut selama mungkin. Misalnya, semakin banyak video kucing yang ditonton anak, semakin besar kemungkinan algoritma berpikir bahwa anak ingin melihat lebih banyak video kucing. 

Selain akan membuat anak ketagihan dan berlama-lama mengonsumsi tayangan yang ada di platform-nya, kecenderungan untuk mengarahkan anak ke konten berbahaya juga besar. Ingatkan anak untuk tidak mempercayai semua yang dilihatnya secara online dan ajarkan dia untuk selalu harus memeriksa ulang informasi dari sumber-sumber terpercaya lainnya.

4. Ajarkan Anak untuk Menggunakan AI dengan Aman dan Bertanggung Jawab

Beritahukan pada anak bahwa teknologi AI tidak hanya terbatas pada teks. Ada banyak aplikasi dan program web deepfake gratis yang dapat memaksakan wajah seseorang ke tubuh orang lain dalam hitungan detik. Ingatkan anak untuk berhati-hati dalam mengunggah wajah dirinya atau teman lain ke dalam aplikasi-aplikasi tidak jelas, khususnya yang menjurus ke pornografi.

Victor mengingatkan para orang tua untuk melakukan percakapan dengan anak-anak tentang perilaku online yang bertanggung jawab, baik untuk keamanan diri sendiri dan juga untuk tidak melecehkan, melakukan doxx, atau menjahili orang lain, meskipun hanya dalam bentuk foto atau gambar palsu.

5. Belajar dan Eksplorasi AI bersama Anak

Agar bisa terus mengawasi anak saat menggunakan AI, orang tua harus terlebih dahulu belajar mengenai teknologi ini. Jasmine Hood Miller, direktur konten dan keterlibatan komunitas di Common Sense Media di Philadelphia, mengatakan bahwa ini mungkin menakutkan atau tidak nyaman untuk para orang tua.

Lalu, bereksperimen lah dengan anak-anak dalam menggunakan teknologi AI. Jelaskan risiko yang bisa terjadi saat menggunakan AI, seperti kesalahan informasi, potensi plagiarisme, dan kurangnya privasi. Jika dilakukan secara bersama, kemungkinan anak akan lebih mengerti mengenai bahaya penyalahgunaan AI.

Sama seperti teknologi lainnya, AI bisa membawa dampak positif dan negatif pada penggunanya, apalagi anak-anak. Dengan pengawasan dari orang tua, maka anak bisa menggunakan teknologi ini dengan cara terbaik, yang bisa memberikan manfaat bagi dirinya.

~Febria